Gus Banan
Duit itu punya jaringan luas untuk dijadikan alat membantu sesama makhluk Tuhan. Duit dapat digunakan membantu siapapun dan apapun. Anda mau bantu penjahat dengan duit, bisa. Bantu ulama dengan duit, bisa. Bantu ayam, bisa. Bantu orang miskin, bisa. Bahkan bantu orang kaya dengan duit, juga sangat bisa.
Namun ketika Anda mau membantu sesama makhluk Tuhan dengan ilmu, Anda sangat terbatas aksesnya. Anda mau bantu ayam dengan ilmu matematika, pasti sia-sia. Anda punya ilmu BTQ (Baca Tulis Al-Qur'an) lalu Anda gunakan untuk membantu meramaikan gereja, jelas tidak berguna. Atau sebaliknya, Anda seorang penginjil, mau Anda gunakan untuk membantu memakmurkan masjid, jelas tidak diterima. Anda punya ilmu kimia, mau dipakai membantu penyanyi dangdut mengatur cengkok nada suara, jelas sia-sia.
Dan maaf, Anda punya ilmu pemberdayaan diri, mau dipakai membantu orang yang SDM-nya lemah, Anda bisa stres sendiri. Tidak percaya, silakan Anda nasehati pengemis di jalanan bahwa meminta-minta itu penyebab kemiskinan, pasti Anda dijawab olehnya, "Asu," dia dibantu ilmu pemberdayaan diri bukan berterima kasih, tapi dia akan tersinggung.
Tapi coba Anda bantu si pengemis dengan recehan 2000 perak, dengan santun dia akan mendoakan Anda agar disegerakan naik haji ke Baitulllah, dimudahkan rezekinya, dipanjangkan umurnya.
Tulisan pemberdayaan diri saya di facebook sering dibantah orang, karena si pembaca berada di kesadaran yang berbeda, itu contoh kecil bahwa orang yang terpuruk hidupnya justru tidak bisa dibantu dengan ilmu pemberdayaan diri. Tapi andai mereka saya kasih duit, sudah pasti terima kasihnya berjubel-jubel, doa yang baik-baik keluar semuanya.
Itu semua berarti jangkauan duit sangat luas dalam fastabiqul khairat (berlomba dalam kebaikan), karena siapapun dan apapun bisa Anda bantu dengan duit, semua doyan duit.
Maka ini, saya sadar sesadar-sadarnya bahwa saya butuh kaya raya duit, karena tidak semua pihak bisa saya bantu dengan ilmu, tapi bisa saya bantu dengan "duit".
Namun demikian, yang merugi banyak justru makhluk Tuhan yang hanya bisa menerima bantuan duit, sebab duit sebenarnya tidak pernah bisa mengubah kehidupan. Anda setiap hari memberi bantuan duit pada ayam, tiap hari Anda kasih mereka dedak, pur ayam, air minum, kandang, dan lain-lain. Apa bantuan duit Anda itu pernah mengubah nasib ayam? Kalau bantuan duit bisa mengubah hidup, seharusnya ayam-ayam Anda sekarang ini sudah kaya raya, sudah maju hidupnya.
Itu artinya, bantuan duit energi dayanya sangat kecil. Bantuan warisan harta, bantuan subsidi BBM, bantuan subsidi gas dan listrik, bantuan subsidi pajak mobil LCGC, bantuan rumah DP 0%, bantuan zakat mal dan zakat fitrah, bantuan BPJS, bantuan Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar, itu semua sangat kecil membantu orang untuk berubah nasibnya, sebab ayam tidak pernah maju hidupnya walaupun setiap hari mereka dapat bantuan duit.
Nah kemiskinan dan keterpurukan Anda itu disebabkan Anda hanya mampu menerima bantuan duit.
Dulu sekali, orang-orang di pedesaan diberi pelatihan ternak kambing oleh pemerintah. Mereka diundang dan dikumpulkan di Kantor Desa, diberi pelatihan gratis, makan dan minum selama pelatihan gratis, pulang diberi sembako, dan diberi modal masing-masing orang miskin satu ekor kambing betina untuk modal ternak.
Apa yang terjadi? Lewat setahun, kambing tersebut raib semuanya. Ada yang dijual untuk bayar hutang, ada yang kambingnya sakit-sakitan jadinya disembelih, ada yang malah dititipkan ternaknya pada orang, dan macam-macam. Intinya hingga detik ini, orang-orang yang dapat training gratis, pesangon sembako gratis, modal ternak gratis, satu pun tidak ada yang berubah nasibnya.
Itu terjadi karena mereka hanya mampu menerima bantuan duitnya, bantuan kambingnya, tapi tidak mampu menerima bantuan ilmu pemberdayaan dirinya lewat ilmu ternak. Mental doyan duit itulah pemicu kemiskinan, karena energi duit dapat mengubah hidup itu sangat kecil getarannya.
Beberapa waktu lalu ada sahabat saya bercerita, "Gus, saya coba angkat anak asuh dari keluarga tidak mampu untuk dapatkan pendidikan lebih baik. Saya beri dia motivasi hidup karena saya sadar jika hanya dibantu duit, seseorang tidak akan bisa berubah. Saya tanamkan pentingnya bercita-cita tinggi, berdedikasi, dan lain-lain. Dalam beberapa bulan, saya melihat dia tidak nyambung ke frekwensi tersebut, mungkin ini kesalahan saya, pada saat itu saya memotivasi dengan nada tinggi, sebab pegal juga hatinya memotivasi anak didik tapi si anak didik tidak nyambung," ungkapnya.
"Tapi setahu saya, se-killer apapun saya, tidak ada karyawan di perusahaan saya yang tidak suka pada saya. Artinya mereka paham bahwa karakter "killer" saya itu positif."
"Tapi si anak ini aneh, saya motivasi dia agar punya impian tinggi, malah dia tersinggung. Pulang ke rumah, dia melaporkan pada keluarganya kalau saya menghinanya, menghina kalau saya menuduh keluarga mereka orang-orang yang lemah cita-citanya, keluarga yang lemah dedikasinya."
"Beberapa hari kemudian, kakak-kakak si anak didik saya tersebut, mem-posting caci makinya pada saya dan istri di facebook. Haduh, aneh bin ajaib."
"Si anak ini pun akhirnya mundur sebagai anak asuh saya, tidak kuat. Setelah saling memaafkan di antara kami, eeh si anak mem-posting nada dendamnya pada saya dan istri."
"Saya geleng-geleng kepala, Gus, dan saat itu saya komentar pada istri, 'Itulah mengapa mereka terpuruk, karena mereka hanya mampu menerima bantuan duit, bantuan biaya pendidikan gratis, tapi tidak mampu menerima bantuan motivasi hidup, bantuan ilmu pemberdayaan diri. Padahal bantuan duit, hakikatnya tidak akan pernah membantu perubahan hidup mereka," pungkasnya.
Nah orang kaya ternyata karena mereka mampu menerima ilmu, mampu membentuk karakter diri. Contoh di dunia training pemberdayaan diri. Mungkin 98% peserta workshop saya adalah orang kaya. Demi ilmu pemberdayaan diri, mereka rela bayar diri saya jutaan rupiah hanya untuk dapatkan ilmu sehari. Tidak saya gratisi, tidak saya subsidi, mereka sadar sepenuhnya bahwa ilmu harganya mahal, ilmu itu layak dihargai, bagi mereka uang remeh saja untuk membayar ilmu. Mereka doyan ilmu, mereka doyan karakter diri, tapi tidak doyan duit, maka itu mereka kaya.
Itulah mengapa Nabi S.A.W berkata kalau kekayaan itu sebenarnya adalah kaya hati.
ﺃﻥَّ ﺍﻟﻨﺒﻲَّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻛَﺎﻥَ ﻳﻘﻮﻝ : )) ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇﻧِّﻲ ﺃﺳْﺄﻟُﻚَ ﺍﻟﻬُﺪَﻯ ، ﻭﺍﻟﺘُّﻘَﻰ ، ﻭﺍﻟﻌَﻔَﺎﻑَ ، ﻭﺍﻟﻐِﻨَﻰ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do'a: “Ya Allah, saya memohon petunjuk kepada-Mu, memohon ketakwaan, terjaga dari hal-hal haram, dan memohon kekayaan hati." (H.R. Muslim)
Belum ada tanggapan untuk "Anda Miskin Kalau Hanya Doyan Bantuan Duit"
Posting Komentar